Hingga
saat ini, krisis utang Eropa masih menjadi isu yang penting, mempengaruhi
ekonomi dunia. Pertumbuhan ekonomi beberapa negara yang selama ini menjadi
motor penggerak ekonomi dunia mengalami ketidakpastian. Dana Moneter
Internasional (International Monetary Fund) memprediksi bahwa pertumbuhan
ekonomi global pada tahun 2012 hanya sebesar 3,3%, terendah sejak krisis global
pada tahun 2009. Angka tersebut diprediksi IMF akan menjadi 3,6% di tahun 2013,
namun masih rendah dari pertumbuhan ekonomi dunia tahun 2011 yang mencapai
3,8%.
Ketidakpastian
perekonomian global akibat krisis Eropa telah mempengaruhi perekonomian
Indonesia, melalui dua jalur yaitu jalur perdagangan dan keuangan
internasional. Sebagai negara dengan ekonomi terbuka, Indonesia masih
bergantung pada kondisi ekonomi negara lain, terutama ekspor impor. Hal ini
membuat Indonesia rentan jika terjadi perlambatan pada negara lain. Kondisi ini
tercermin dari sulitnya mencapai pertumbuhan ekonomi yang telah ditargetkan
pemerintah, dimana pada kuartal III tahun 2012 pertumbuhan ekonomi Indonesia
hanya mencapai 6,17% secara year on year (yoy). Angka ini menurun dibanding
kuartal II 2012 yang mampu mencapai 6,37%. Penurunan pertumbuhan ekonomi di
kuartal III ini merupakan dampak dari krisis Eropa yang semakin dalam.
Perlambatan perekonomian Indonesia sepertinya masih akan berlangsung
sebagaimana diumumkan IMF bahwa PDB Indonesia diproyeksi hanya tumbuh sebesar
6% untuk 2012 dan 6,3% di tahun 2013.
Kemampuan
mempertahankan capaian pertumbuhan ekonomi positif (meskipun masih relatif
rendah), selama krisis global, terutama karena permintaan agregat dalam negeri,
khususnya permintaan Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto (PMTB) dan Konsumsi
Rumah Tangga. Seperti yang terlihat pada Gambar 1, pertumbuhan PDB pada kuartal
III tahun 2012 dari sisi pengeluaran ditopang oleh tingginya pertumbuhan
Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto (PMTB) sebesar 10,02% (yoy) dan Konsumsi
Rumah Tangga yang tumbuh 5,68% (yoy). Sementara itu, Konsumsi Pemerintah,
Ekspor dan Impor mengalami kontraksi dibandingkan periode yang sama tahun
lalu. Apabila dibandingkan kuartal III
tahun 2011, pertumbuhan konsumsi pemerintah tercatat minus 3,22% (yoy) karena
masih rendahnya penyerapan anggaran belanja. Penyerapan belanja negara hingga
14 November 2012 baru mencapai IDR 1.112,1 trilyun atau 71,8% dari pagu APBN-P
2012 sebesar IDR 1.548,3 trilyun. Ekspor barang dan jasa pada kuartal III tahun
2012 mengalami kontraksi sebesar minus 2,78 % (yoy). Impor juga tercatat lesu
dengan tingkat pertumbuhan minus 0,54%.
Meski
laju pertumbuhan ekonomi mengalami penurunan, kondisi ketenagakerjaan Indonesia
pada Agustus 2012 menunjukkan keadaan yang lebih baik dibandingkan dengan
kondisi ketenagakerjaan periode sebelumnya. Hal ini ditunjukkan oleh tingkat
pengangguran yang semakin menurun. Tingkat pengangguran Indonesia pada bulan
Agustus 2012 menurun dibandingkan dengan tingkat pengangguran Indonesia pada
bulan Februari 2012. Pada bulan Agustus 2012 tingkat pengangguran Indonesia
sebesar 7,24 juta atau 6,14%, sedangkan pada bulan Februari 2012 sebesar 7,61
juta atau 6,32%. Tingkat pengangguran Indonesia pada bulan Agustus 2012 juga
lebih rendah jika dibandingkan dengan tingkat pengangguran pada tahun
sebelumnya yaitu Agustus 2011. Pada Agustus 2011 tingkat pengangguran Indonesia
adalah 6,56%. Turunnya tingkat pengangguran Indonesia, nampaknya juga didukung
oleh persentase jumlah angkatan kerja Indonesia yang menurun pada bulan Agustus
2012. Pada bulan Agustus 2012 persentase angkatan kerja Indonesia adalah 67,88%
menurun dari Februari 2012 yaitu 69,66%.
Sumber
: